Langsung ke konten utama

Mengurai pikiran

Hari ini, 10 Mei 2020, di rumah, ditengah pandemik covid-19

Selama dua bulan dirumah aja karena pandemik ini membuat aku lebih banyak berpikir, lebih banyak khawatir. Aku menemukan diri sendiri yang sudah hampir berumur 25 tahun ini masih banyak kekurangan yang tidak bisa ditoleransi lagi. Semakin insecure pada diri sendiri, secara fisik, sifat, bahkan sikap/attitude.

Diumur setua ini, aku merasa sulit dalam mengambil keputusan. Bahkan, keputusan kecil seperti membeli barang di e-commerce pun mikirnya bisa berhari-hari. Seringnya juga malah gak jadi. Apalagi masalah jalan hidup. Pusingnya udah kayak mau sidang skripsi setiap hari. Rasanya takut.
Takut memulai, 
Takut dengan konsekuensi di depan,
Takut menghadapi orang,
Takut salah.
Memang dari kecil sudah dikesankan bahwa "salah" itu gak boleh. Gak bisa ada kesalahan. Salah jawab saat ujian, belajar yang benar, jangan tolol. Itu yang selalu dipikiranku. Walaupun sekarang sudah dijelaskan "salah itu wajar", tapi tetap saja mungkin sudah tertanam sejak kecil kalau salah itu gak boleh, kalau salah itu pasti dimarahin. Enggak mau nyalahin siapa-siapa, tapi terbentuknya jadi gini mau gimana.

Tadi malam aku tertohok mendengar temanku yang berkata penyesalan dalam hidupnya adalah terlambat mengetahui passion-nya. Dia baru tahun beberapa tahun kebelakang. Aku, bahkan belum tahu passion-ku apa. Untuk hal-hal simpel yang aku sukai saja aku tidak tahu. Tidak ada musik yang benar-benar aku suka, tidak suka nonton film, baca buku/komik pun sekedar begitu saja tidak ada yang benar-benar aku "sangat suka". Apalagi pekerjaan. Apalagi hidup yang mau aku jalani, aku tidak tahu ingin seperti apa padahal udah umur segini.

Aku cuma jalani hidupku sesuai dengan apa yang ada saja, atau kadang keinginan orang tua. Bukan sesuai dengan keinginan yang bahkan aku gak tahu apa. Aku gak punya alasan kuat untuk tidak menjalaninya, I don't have plans. I just don't wanna do this. Aku selalu iri dengan orang-orang yang punya rencana hidup, abis ini melakukan itu dan semangat untuk menjalaninya. Aku tidak bisa seperti itu. Mungkin juga karena terbiasa semua sudah direncanakan untuk aku, dan aku terbiasa menuruti saja karena tidak enak atau tidak punya pendapat yang dinilai "lebih baik". Jika ada pun, aku seperti tidak dapat menjelaskannya.

Aku tidak dapat menjelaskan apa yang dirasakan, diinginkan. Overthinking dan insecure yang berlebih, apa aku harus menghubungi psikolog?

Komentar

  1. When it's too overwhelming and getting out of your hands, yes please, you should see someone professional. But, before that, I'd like to give you a hug, that yes, quarter life crisis is real, so do the pressure, and whatever you are going through, I hope you don't give up. As for me when it's come to confused and mixed feelings, taking one step at a time everyday can be such a help, with sometimes adding small happiness, whether it's your favorite food or talking with your old friend. Like what I do right now wkwkkw. Semoga bisa ketemu di tgr at soonest ya Ghin!

    BalasHapus
  2. Kalau kata ibu gua : gak usah dipikirin.
    Pasti lu langsung mikir.

    Btw, ada typo di paragraf ketiga. "Dia baru *tahun* beberapa tahun kebelakang."

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RASA by Nuril Basri (Nyoba Review)

  Aku merasa seperti seorang gadis tua. Seorang gadis berumur 29 tahun yang tidak mengerti apa pun tentang dirinya yang tidak tahu apa yang diinginkannya dalam hidup ini. Aku sebuah bola besar yang menggelinding kebingungan. * Buku ini aku dapat dari giveaway  yang penulisnya buat di twitter tahun 2019. Jujur (dan sorry) aku sebenarnya tidak pernah tahu Nuril Basri. Memang pengetahuanku akan penulis juga kurang, karena buatku membaca seringnya hanya tentang cerita dan isinya. Jadi, seharusnya sih review ini terlihat cukup jujur. Pada cover buku ini tercantum kutipan menarik dari British Council " One of five Indonesian authors to read now " yang agak meningkatkan ekspektasiku. Ditambah lagi, tercantum juga bahwa beberapa karya dari penulis ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Malaysia dan Inggris, membuatku tambah penasaran. Di tahun 2019, setelah membaca halaman-halaman awal, aku merasa kurang motivasi untuk melanjutkan. Aku merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal, tap...

Terakhir deh ini (ruwet banget isi kepala w)

Ternyata cerita kita ini sampai pada akhirnya juga ya.  Walaupun bukan akhir seperti yang kita rencanakan di awal, tapi semoga sudah sesuai dengan yang kamu inginkan.  Sesuai kata-kata pisahmu waktu itu, yang tidak memberi aku pilihan jawaban, buat aku harus mengiyakan.  Sampai hari ini aku masih bertanya-tanya, ini salah siapa ya? Semua ini bisa saja memang benar salahmu, atau salahku? Atau salah kita? Iya, salahmu. Kamu yang bilang sendiri, ingin semua ini jadi serius.  Aku bilang, kita coba dulu pacaran, kenal juga baru kan?  Kamu yang bilang sendiri, oh sudah siap, sudah yakin sekali pokoknya dengan alasan ini itu. Kamu tahu kan, aku si hobi banyak mikir ini tidak semudah itu bisa percaya.  Tapi, kamu mulai cerita tentang hidupmu yang katamu ini belum banyak yang tahu.  Kamu yang bilang sendiri, kalau aku bisa terima itu semua, kita bisa lanjutkan cerita.  Kamu tahu kan aku bisa terima? Jujur saja sejak itu aku pikir, oh mungkin kali ini bena...

Haunted

Maybe you don’t know, The feeling of rejection, The broken thoughts, The lack ability to defend yourself… will haunt you… Before the important meeting you have to attend or along with the documents you evaluate. Yes, need to take a deep breath to focus on. In the middle of your pilates class. So, you have to take a deeper breath or you’ll be black out. Between your favorite TS’s bridge songs you listen everyday. A deep breath again, cause it should cheer you up. In every steps you take from work to a place you called home. Another deep breath to keep your balance, so you don’t fall in crowd. Even after a main scene of horror movie you try to watch. Pause - a deep breath - play. In all activities you did to distract, they’re always there. They haunted you. They haunted me.