Langsung ke konten utama

RASA by Nuril Basri (Nyoba Review)

 Aku merasa seperti seorang gadis tua. Seorang gadis berumur 29 tahun yang tidak mengerti apa pun tentang dirinya yang tidak tahu apa yang diinginkannya dalam hidup ini. Aku sebuah bola besar yang menggelinding kebingungan.

*

Buku ini aku dapat dari giveaway yang penulisnya buat di twitter tahun 2019. Jujur (dan sorry) aku sebenarnya tidak pernah tahu Nuril Basri. Memang pengetahuanku akan penulis juga kurang, karena buatku membaca seringnya hanya tentang cerita dan isinya. Jadi, seharusnya sih review ini terlihat cukup jujur.

Pada cover buku ini tercantum kutipan menarik dari British Council "One of five Indonesian authors to read now" yang agak meningkatkan ekspektasiku. Ditambah lagi, tercantum juga bahwa beberapa karya dari penulis ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Malaysia dan Inggris, membuatku tambah penasaran.

Di tahun 2019, setelah membaca halaman-halaman awal, aku merasa kurang motivasi untuk melanjutkan. Aku merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal, tapi saat itu aku belum tahu apa. Akhirnya aku simpan dan baru aku baca kembali beberapa hari ini karena aku (sok) sibuk.

Aku membacanya kembali dari awal dan bisa bertahan sampai halaman-halaman tengah. Akhirnya aku menyadari bahwa ini buku ditulis oleh penulis dari Indonesia, menggunakan Bahasa Indonesia, tapi rasanya seperti membaca buku hasil terjemahan. Ada beberapa kalimat dalam percakapan tokoh-tokohnya yang baru bisa aku mengerti setelah aku coba terjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Aku tidak tahu buku ini sebenarnya awalnya dalam bahasa apa, juga tidak aku cari tahu.

Ceritanya menarik dan mungkin sedikit depresif. 
Seorang wanita, Maya, berumur hampir 30 tahun yang mencoba kabur dari realita hidup "aman"nya di Indonesia. Latarnya lebih banyak digambarkan di luar negeri. Maya digambarkan sebagai sosok wanita yang keras kepala tapi juga pekerja keras. Jujur aku antara suka dan tidak suka dengan si Maya tokoh utamanya ini.

Dalam "pelarian"nya, Maya bekerja sebagai pelayan di kapal pesiar yang bekeliling Eropa. Aku yang tidak familiar dengan pekerjaan seperti ini, merasa tertarik dengan alur ceritanya. Walaupun konfliknya bisa dibilang aneh, tapi mungkin memang wajar terjadi di tempat seperti itu. Di puluhan halaman awal, penulis bahkan sudah menyajikan adegan yang mengarah ke hal "dewasa" yang detail. Cukup jarang aku temui di buku-buku novel Indonesia. Ah, atau mungkin aku saja yang kurang banyak membaca.

"...sudah rahasia umum kalau mereka semua berselingkuh dari pasangan-pasangannya. Baik yang di laut, ataupun di darat. Kedua-duanya merasa kesepian."

Banyak cerita menarik yang ditulis, dari konflik-konflik dengan sesama crew kapal yang berasal dari negara berbeda, skandal-skandal kapal, sampai Maya menemukan cintanya, Maroje. Aku suka perkembangan Maya yang digambarkan di kapal pesiar ini. Lucu sekali mengetahui Maya pura-pura tahu akan banyak "hal", padahal itu baru saja ia alami pertama kalinya. Ketika sudah mulai menikmati cerita-cerita di kapal pesiar, penulis tiba-tiba memotongnya. Kapal rusak, Maya dipulangkan. Cerita mulai depresif, karena Maya harus kembali ke rumahnya di Indonesia, yang dibencinya. Aku tidak suka penggambaran hubungan Maya dengan ibu dan adiknya yang awalnya aneh, membuat aku salah duga dan kesal (juga sedih) dengan kenyataannya di akhir. 

Maya, tidak punya pekerjaan. Aku mengerti stereotipe di Indonesia pada wanita usia 30an, belum menikah, ditambah lagi menganggur, susah sekali.

Ketika dipastikan Maya tidak dipanggil lagi bekerja di kapal pesiar tersebut, ia tiba-tiba mendapat tawaran bekerja di London. Bekerja di London, yang ternyata lebih menyedihkan lagi. Aku hampir berhenti membaca untuk kedua kalinya karena merasa kasihan terhadap Maya. Ya ampun, ada-ada saja. Disini, Maya mulai digambarkan lebih kuat dan cerita-cerita selanjutnya menjadi lebih menarik. London membuka mata Maya akan kehidupan lain selain di Indonesia, juga aku. Aku tidak akan menuliskan detailnya, yang pasti Maya mengalami hari-hari yang indah juga sangat buruk. Hal ini membuat pikiran dan emosiku naik-turun.

Maya bertemu "teman" sebangsa yang baik, Jonathan. Than-than yang baik, tapi tidak mau berkomitmen. Than-than yang dengan seluruh prioritasnya, kecuali cinta. Si pemilik senyum Chesire Cat.

"Tiap ada sesuatu yang membuatmu gelisah, kamu memutuskan untuk pergi, ketimbang membicarakan atau menyelesaikannya."

"It's okay to be afraid. But you don't need to worry too much."

Maya juga mengetahui lebih jauh akan kekasihnya, Maroje, yang bikin aku cukup kaget. Maroje tidak pernah digambarkan secara dalam dan dibiarkan menggantung di akhir cerita. Aku masih bertanya-tanya sampai saat ini. Maroje yang pendiam. Maroje yang hilang. Maroje yang kembali, namun berlaku seperti "itu". Banyak teka-teki Maroje yang tidak diungkap.

"Heart, is meant to be broken anyway..."

Setelah dipusingkan Maroje, aku masih harus melihat Maya terjebak kerusuhan di London. Juga patah hatinya yang kedua, dengan Jonathan. Aku masih berharap cerita berakhir dengan Jonathan kembali ke Indonesia demi Maya, terlalu cheese memang. Sepertinya aku memang kasihan dengan Maya.

"The heart breaks so they may grow larger. And you never truly know who you are until your heart has been broken."

Buku ini diakhiri dengan kepulangan Maya ke Indonesia.
*
Secara keseluruhan, cerita yang disuguhkan menarik. Berkisah tentang pencarian jati diri yang dibalut dengan cinta sesuai realita. Tidak manis, juga banyak pahitnya. Drama yang dituliskan tidak terlalu menguras emosi, biasa-biasa saja, tapi bisa jadi membuat depresi. Juga bukan buku yang meninggalkan kesan terlalu dalam, tapi cukup dekat dengan kehidupan. Mungkin aku sedikit mirip dengan Maya, walaupun aku berharap tidak menjadi dia.

Menurutku ini bisa direkomendasikan untuk orang-orang dewasa (memang rate-nya 17+ juga sih) dan suka cerita-cerita orang dewasa.

Rating: 4/5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terakhir deh ini (ruwet banget isi kepala w)

Ternyata cerita kita ini sampai pada akhirnya juga ya.  Walaupun bukan akhir seperti yang kita rencanakan di awal, tapi semoga sudah sesuai dengan yang kamu inginkan.  Sesuai kata-kata pisahmu waktu itu, yang tidak memberi aku pilihan jawaban, buat aku harus mengiyakan.  Sampai hari ini aku masih bertanya-tanya, ini salah siapa ya? Semua ini bisa saja memang benar salahmu, atau salahku? Atau salah kita? Iya, salahmu. Kamu yang bilang sendiri, ingin semua ini jadi serius.  Aku bilang, kita coba dulu pacaran, kenal juga baru kan?  Kamu yang bilang sendiri, oh sudah siap, sudah yakin sekali pokoknya dengan alasan ini itu. Kamu tahu kan, aku si hobi banyak mikir ini tidak semudah itu bisa percaya.  Tapi, kamu mulai cerita tentang hidupmu yang katamu ini belum banyak yang tahu.  Kamu yang bilang sendiri, kalau aku bisa terima itu semua, kita bisa lanjutkan cerita.  Kamu tahu kan aku bisa terima? Jujur saja sejak itu aku pikir, oh mungkin kali ini bena...

Haunted

Maybe you don’t know, The feeling of rejection, The broken thoughts, The lack ability to defend yourself… will haunt you… Before the important meeting you have to attend or along with the documents you evaluate. Yes, need to take a deep breath to focus on. In the middle of your pilates class. So, you have to take a deeper breath or you’ll be black out. Between your favorite TS’s bridge songs you listen everyday. A deep breath again, cause it should cheer you up. In every steps you take from work to a place you called home. Another deep breath to keep your balance, so you don’t fall in crowd. Even after a main scene of horror movie you try to watch. Pause - a deep breath - play. In all activities you did to distract, they’re always there. They haunted you. They haunted me.