Langsung ke konten utama

Oh, pantesan!

****
Kamu gak bisa masak ya, pantesan gak punya pacar..
Jutek banget sih mukanya, pantesan gak ada cowok yang deketin..
Bales chatnya singkat-singkat banget sih, gimana mau punya pacar coba...
Pantesan dia ngejauh, kamunya baper banget sih..
Baca komik terus, nanti kalau udah punya pacar gimana...
Pantesan gak punya cowok, gak bisa dandan sih. Jelek..
Kamu punya pacar dong, biar orang-orang tahu kamu tuh galak tapi bisa ditaklukin..
Dst.

Beberapa kalimat diatas merupakan pernyataan yang akhir-akhir ini semakin sering saya dengar (mungkin kalian juga), terutama berasal teman-teman terdekat saya. Saya tahu, sebagian besar mungkin hanya bercanda, dan sebagian sisanya hanya basa-basi untuk mengisi topik pembicaraan. Tersenyum, menjadi jawaban paling favorit sejauh ini. Lainnya mungkin, loh, memang kenapa? Atau tertawa sopan saja. Mungkin dari kalian ada yang bertanya-tanya, saya juga masih, harusnya diberi jawaban seperti apa untuk membungkam pernyataan mereka? Mereka, teman dekat yang seharusnya lebih tahu kondisi kita seperti apa. Diam saja, mungkin lebih baik, daripada menjelaskan:

Saya tidak bisa masak, karena memang belum belajar masak (nanti akan belajar).
Iya, saya punya wajah tercetak tidak ramah, mungkin kamu bisa tanya Tuhan saya kenapa.
Saya balas singkat karena saya sedang dijalan, saya sedang mengantuk, saya sedang mengerjakan sesuatu yang lebih penting, saya sedang memahami bahwa chat merupakan pesan singkat yang takdirnya memang harus singkat.
Padahal saya cuma mempertanyakan sesuatu yang tidak jelas. Jika memang jelas tidak, silahkan pergi. Dan dia pergi, jadi?
Cita-cita saya yang tidak akan pernah terjadi selamanya salah satunya adalah komikus.
Kulit saya sensitif terhadap make up dan saya terbiasa hidup di keluarga pencinta natural.
Wah, saya bukan singa di Taman Safari, tuh.
Dst.

Jika saya, atau kalian, menjawab seperti itu mungkin akan diberikan lebih banyak pernyataan lain yang tidak kalah serupa dengan sebelumnya. Wajar memang, pada dasarnya manusia hidup dengan mempertahankan dirinya, salah satunya mempertahankan opininya. Tapi, saya seorang yang lebih suka menghindari perdebatan, capek dan buat saya malas saja. Saya hanya berharap mungkin bisa sedikit dimengerti, beberapa manusia (seperti saya) seringkali memikirkan pernyataan buruk yang orang lain ucapkan, bisa seharian, satu bulan, satu tahun, selamanya? Bisa saja.

Bicara tentang waktu, saya jadi ingin bicara tentang jodoh (yang selalu dipeributkan diatas). Kita manusia sudah ditakdirkan memiliki pasangan yang akan datang pada waktu yang tepat, berbeda-beda setiap manusia. Sejujurnya mungkin saya terlihat seperti terlalu mengharapkan kehadirannya lebih cepat datang, tapi tidak juga (memang diharapkan, tapi berpasrah pada Tuhan saja). Saya masih punya banyak hal yang sebetulnya saya ingin pelajari, impian yang masih ingin saya coba raih, dan saya masih ingin sibuk memperbaiki portofolio saya sebagai manusia di bumi. Tentunya, diiringi doa sebanyak-banyaknya agar didekatkan Tuhan pada orang yang sebaik-baiknya, dan dijauhkan dari yang seburuk-buruknya. Karena selama ini masih dijauhkan, mungkin dia buruk untuk saya atau sebaliknya (saya buruk untuk dia).

Tulisan ini dibuat untuk membayar kelelahan pikiran akan kata, untuk saya, dan semoga saya bisa sikapi dengan sebaik-baiknya.

Mohon maaf untuk kalimat yang tidak tersusun dengan baik, dan untuk yang tidak nyambung, dan akhir yang tidak jelas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RASA by Nuril Basri (Nyoba Review)

  Aku merasa seperti seorang gadis tua. Seorang gadis berumur 29 tahun yang tidak mengerti apa pun tentang dirinya yang tidak tahu apa yang diinginkannya dalam hidup ini. Aku sebuah bola besar yang menggelinding kebingungan. * Buku ini aku dapat dari giveaway  yang penulisnya buat di twitter tahun 2019. Jujur (dan sorry) aku sebenarnya tidak pernah tahu Nuril Basri. Memang pengetahuanku akan penulis juga kurang, karena buatku membaca seringnya hanya tentang cerita dan isinya. Jadi, seharusnya sih review ini terlihat cukup jujur. Pada cover buku ini tercantum kutipan menarik dari British Council " One of five Indonesian authors to read now " yang agak meningkatkan ekspektasiku. Ditambah lagi, tercantum juga bahwa beberapa karya dari penulis ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Malaysia dan Inggris, membuatku tambah penasaran. Di tahun 2019, setelah membaca halaman-halaman awal, aku merasa kurang motivasi untuk melanjutkan. Aku merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal, tap...

Terakhir deh ini (ruwet banget isi kepala w)

Ternyata cerita kita ini sampai pada akhirnya juga ya.  Walaupun bukan akhir seperti yang kita rencanakan di awal, tapi semoga sudah sesuai dengan yang kamu inginkan.  Sesuai kata-kata pisahmu waktu itu, yang tidak memberi aku pilihan jawaban, buat aku harus mengiyakan.  Sampai hari ini aku masih bertanya-tanya, ini salah siapa ya? Semua ini bisa saja memang benar salahmu, atau salahku? Atau salah kita? Iya, salahmu. Kamu yang bilang sendiri, ingin semua ini jadi serius.  Aku bilang, kita coba dulu pacaran, kenal juga baru kan?  Kamu yang bilang sendiri, oh sudah siap, sudah yakin sekali pokoknya dengan alasan ini itu. Kamu tahu kan, aku si hobi banyak mikir ini tidak semudah itu bisa percaya.  Tapi, kamu mulai cerita tentang hidupmu yang katamu ini belum banyak yang tahu.  Kamu yang bilang sendiri, kalau aku bisa terima itu semua, kita bisa lanjutkan cerita.  Kamu tahu kan aku bisa terima? Jujur saja sejak itu aku pikir, oh mungkin kali ini bena...

Haunted

Maybe you don’t know, The feeling of rejection, The broken thoughts, The lack ability to defend yourself… will haunt you… Before the important meeting you have to attend or along with the documents you evaluate. Yes, need to take a deep breath to focus on. In the middle of your pilates class. So, you have to take a deeper breath or you’ll be black out. Between your favorite TS’s bridge songs you listen everyday. A deep breath again, cause it should cheer you up. In every steps you take from work to a place you called home. Another deep breath to keep your balance, so you don’t fall in crowd. Even after a main scene of horror movie you try to watch. Pause - a deep breath - play. In all activities you did to distract, they’re always there. They haunted you. They haunted me.