Tupai bisa saja jatuh pada lubang yang sama kan?
Mungkin ini bisa dibilang jatuh atau juga tidak. Setidaknya belum terlalu dalam jatuh.
Mungkin ini bisa dibilang jatuh atau juga tidak. Setidaknya belum terlalu dalam jatuh.
Seekor merpati menghampiri tupai di daratan. Ia banyak berkisah tentang hidupnya di negeri orang. Tentang betapa negeri orang tidaklah senyaman negeri ibunda. Tentang kekecewaan yang mendalam akibat perlakuan semesta. Tentang ketidakadilan yang membuatnya segera mencari jalan pulang. Sayapnya hampir patah, remuk.
Tupai tenang mendengarkan. Menghibur sebisa ia. Berusaha tidak meneteskan cuka di atas luka.
Merpati memang pernah tinggal bersama tupai di pohon yang sama. Berbagi makanan, tawa, dan takdir hidup sehari-hari. Salah satu teman baiknya, kata merpati. Teman. Tupai mungkin akan kecewa mendengarnya.
Dan... Ia telah kecewa hari ini.
Merpati memang datang, datang bukan untuk tupai. Ia hanya butuh pulang. Tupai bukan tujuan merpati pulang. Merpati hanya butuh ruang. Butuh dukungan. Seperti burung-burung sebelumnya, ia hanya singgah lalu akan terbang lagi. Lagi dan selalu terulang. Kisah lama dengan tupai sebagai pesakitannya.
Ia hanya salah satu dari jalan pulang merpati. Kasihan tupai.
Tapi, tupai juga tahu. Bukan salah merpati, atau burung-burung lainnya. Bukan salah ia pula. Memang takdir dari semesta saja. Ia akan tetap selalu ada untuk merpati tentunya, tupai berjanji dalam hati.
Setidaknya tupai tahu ada banyak jenis teman yang diciptakan semesta. Ia hanya perlu lebih banyak bersantai.
.
.
.
.
.
.
Tangerang, sehabis hujan.
kau bagai kata yg terus melaju
diluasnya ombak samudera biru
namun sayangnya kau tak pilih aku
jadi pelabuhanmu
diluasnya ombak samudera biru
namun sayangnya kau tak pilih aku
jadi pelabuhanmu
Komentar
Posting Komentar