Langsung ke konten utama

Ayo melangkah!

Aku tidak tahu mengapa rasa sakit dan kecewa dapat bertahan begitu lama. Aku juga tidak tahu mengapa seseorang dapat merasa berputus asa, berlarut-larut dalam kesedihan. Kehilangan. Kegagalan. Dua hal yang selalu menghantui punggung seseorang-aku dan kalian. Dua hal yang seringnya menjadi tersangka timbulnya pikiran-pikiran untuk mengakhiri hidup. Memang, hal ini juga menjadi penyebab seseorang lebih kuat bangkit dan berdiri. Tapi, jarang terjadi.

Kehilangan.
Kehilangan adalah yang sebelumnya "ada" menjadi "tidak ada". Dalam beberapa hal, kehilangan berarti kita tidak dapat melihat, menyentuh, berbicara, mendengar, merasakan kembali sesuatu yang hilang tersebut. Sesuatu yang hilang dapat berupa apapun, dapat telah kita miliki selama apapun. Bulan lalu, seorang teman lama datang padaku. Ia bercerita betapa ia kehilangan seseorang. Kekasihnya-mantan kekasih- yang sudah menemaninya kurang lebih 4 tahun pergi. Aku tidak tahu apa alasan hubungan mereka dapat berakhir, ia tidak menjelaskan, aku juga tidak menanyakannya. Ia bertanya padaku, mengapa ini dan mengapa itu? Banyak hal yang ia tidak mengerti. Apalagi aku. Aku tidak mengerti bagaimana bisa seorang lelaki yang dulu aku kenal kuat, penuh candaan, dapat menjadi selemah ini. Mungkin lebih gampang aku jadi gay aja, daripada harus coba deketin cewek lain. Agaknya ia sudah terpuruk terlalu dalam. Sebagai teman, aku hanya bisa memintanya untuk bersemangat atau mencari wanita lain. Maaf, jika tidak terlalu membantu. Menurutku wajar, memang rasa sedih pasti ada ketika kita putus cinta, apalagi sudah bertahun-tahun. Ia sudah lupa cara jatuh cinta lagi, katanya. Ah, sama aku juga sudah lupa. Hari-hari selanjutnya, telepon genggamku ia isi dengan keluhan-keluhan kecewanya, lalu menghilang lagi.

Melangkah.
Melangkah atau berpindah mungkin satu-satunya cara untuk keluar dari belenggu dirimu sendiri. Cara yang mudah diucapkan, namun sulit dilaksanakan. Tidak semudah berbicara emang, lidah tentunya lebih fleksibel dari pada otak. Aku sendiri masih sulit melakukan ini, seringnya gagal dan semakin tenggelam. Melangkah dapat berarti merelakan. Merelakan sesuatu yang hilang, sesuatu yang gagal, untuk menciptakan sesuatu yang lebih indah. Pada teorinya, dengan "merelakan" kita akan "mendapatkan" atau "menemukan". Jujur saja, aku belum pernah membuktikan teori tersebut. Aku rasa semua orang juga. Mungkinkah kita yang tidak pernah merelakan? atau kita yang tidak menyadarinya? Manusia pada kodratnya memang cenderung lebih peduli pada kesakitannya daripada kebahagiaan yang dikaruniai oleh semesta. Ditinggalkan oleh seseorang yang kita sayangi memang menyedihkan, meninggalkan luka tanpa obat. Tapi, kita-aku dan kalian-harus percaya rencana semesta pasti lebih indah. Tersenyumlah!


Let yourself forgive you.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RASA by Nuril Basri (Nyoba Review)

  Aku merasa seperti seorang gadis tua. Seorang gadis berumur 29 tahun yang tidak mengerti apa pun tentang dirinya yang tidak tahu apa yang diinginkannya dalam hidup ini. Aku sebuah bola besar yang menggelinding kebingungan. * Buku ini aku dapat dari giveaway  yang penulisnya buat di twitter tahun 2019. Jujur (dan sorry) aku sebenarnya tidak pernah tahu Nuril Basri. Memang pengetahuanku akan penulis juga kurang, karena buatku membaca seringnya hanya tentang cerita dan isinya. Jadi, seharusnya sih review ini terlihat cukup jujur. Pada cover buku ini tercantum kutipan menarik dari British Council " One of five Indonesian authors to read now " yang agak meningkatkan ekspektasiku. Ditambah lagi, tercantum juga bahwa beberapa karya dari penulis ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Malaysia dan Inggris, membuatku tambah penasaran. Di tahun 2019, setelah membaca halaman-halaman awal, aku merasa kurang motivasi untuk melanjutkan. Aku merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal, tap...

Terakhir deh ini (ruwet banget isi kepala w)

Ternyata cerita kita ini sampai pada akhirnya juga ya.  Walaupun bukan akhir seperti yang kita rencanakan di awal, tapi semoga sudah sesuai dengan yang kamu inginkan.  Sesuai kata-kata pisahmu waktu itu, yang tidak memberi aku pilihan jawaban, buat aku harus mengiyakan.  Sampai hari ini aku masih bertanya-tanya, ini salah siapa ya? Semua ini bisa saja memang benar salahmu, atau salahku? Atau salah kita? Iya, salahmu. Kamu yang bilang sendiri, ingin semua ini jadi serius.  Aku bilang, kita coba dulu pacaran, kenal juga baru kan?  Kamu yang bilang sendiri, oh sudah siap, sudah yakin sekali pokoknya dengan alasan ini itu. Kamu tahu kan, aku si hobi banyak mikir ini tidak semudah itu bisa percaya.  Tapi, kamu mulai cerita tentang hidupmu yang katamu ini belum banyak yang tahu.  Kamu yang bilang sendiri, kalau aku bisa terima itu semua, kita bisa lanjutkan cerita.  Kamu tahu kan aku bisa terima? Jujur saja sejak itu aku pikir, oh mungkin kali ini bena...

Haunted

Maybe you don’t know, The feeling of rejection, The broken thoughts, The lack ability to defend yourself… will haunt you… Before the important meeting you have to attend or along with the documents you evaluate. Yes, need to take a deep breath to focus on. In the middle of your pilates class. So, you have to take a deeper breath or you’ll be black out. Between your favorite TS’s bridge songs you listen everyday. A deep breath again, cause it should cheer you up. In every steps you take from work to a place you called home. Another deep breath to keep your balance, so you don’t fall in crowd. Even after a main scene of horror movie you try to watch. Pause - a deep breath - play. In all activities you did to distract, they’re always there. They haunted you. They haunted me.