
Aku tidak tahu mengapa rasa sakit dan kecewa dapat bertahan begitu lama. Aku juga tidak tahu mengapa seseorang dapat merasa berputus asa, berlarut-larut dalam kesedihan. Kehilangan. Kegagalan. Dua hal yang selalu menghantui punggung seseorang-aku dan kalian. Dua hal yang seringnya menjadi tersangka timbulnya pikiran-pikiran untuk mengakhiri hidup. Memang, hal ini juga menjadi penyebab seseorang lebih kuat bangkit dan berdiri. Tapi, jarang terjadi.
Kehilangan.
Kehilangan adalah yang sebelumnya "ada" menjadi "tidak ada". Dalam beberapa hal, kehilangan berarti kita tidak dapat melihat, menyentuh, berbicara, mendengar, merasakan kembali sesuatu yang hilang tersebut. Sesuatu yang hilang dapat berupa apapun, dapat telah kita miliki selama apapun. Bulan lalu, seorang teman lama datang padaku. Ia bercerita betapa ia kehilangan seseorang. Kekasihnya-mantan kekasih- yang sudah menemaninya kurang lebih 4 tahun pergi. Aku tidak tahu apa alasan hubungan mereka dapat berakhir, ia tidak menjelaskan, aku juga tidak menanyakannya. Ia bertanya padaku, mengapa ini dan mengapa itu? Banyak hal yang ia tidak mengerti. Apalagi aku. Aku tidak mengerti bagaimana bisa seorang lelaki yang dulu aku kenal kuat, penuh candaan, dapat menjadi selemah ini. Mungkin lebih gampang aku jadi gay aja, daripada harus coba deketin cewek lain. Agaknya ia sudah terpuruk terlalu dalam. Sebagai teman, aku hanya bisa memintanya untuk bersemangat atau mencari wanita lain. Maaf, jika tidak terlalu membantu. Menurutku wajar, memang rasa sedih pasti ada ketika kita putus cinta, apalagi sudah bertahun-tahun. Ia sudah lupa cara jatuh cinta lagi, katanya. Ah, sama aku juga sudah lupa. Hari-hari selanjutnya, telepon genggamku ia isi dengan keluhan-keluhan kecewanya, lalu menghilang lagi.
Melangkah.
Melangkah atau berpindah mungkin satu-satunya cara untuk keluar dari belenggu dirimu sendiri. Cara yang mudah diucapkan, namun sulit dilaksanakan. Tidak semudah berbicara emang, lidah tentunya lebih fleksibel dari pada otak. Aku sendiri masih sulit melakukan ini, seringnya gagal dan semakin tenggelam. Melangkah dapat berarti merelakan. Merelakan sesuatu yang hilang, sesuatu yang gagal, untuk menciptakan sesuatu yang lebih indah. Pada teorinya, dengan "merelakan" kita akan "mendapatkan" atau "menemukan". Jujur saja, aku belum pernah membuktikan teori tersebut. Aku rasa semua orang juga. Mungkinkah kita yang tidak pernah merelakan? atau kita yang tidak menyadarinya? Manusia pada kodratnya memang cenderung lebih peduli pada kesakitannya daripada kebahagiaan yang dikaruniai oleh semesta. Ditinggalkan oleh seseorang yang kita sayangi memang menyedihkan, meninggalkan luka tanpa obat. Tapi, kita-aku dan kalian-harus percaya rencana semesta pasti lebih indah. Tersenyumlah!
Let yourself forgive you.
Komentar
Posting Komentar