Bagai setitik cahaya lilin dalam kegelapan, kamu datang sinari hampaku.
Kamu... Siapa? Aku tidak tahu.
Setelah tahu, aku tidak pernah yakin tahu.
Bahkan disetiap kata, kamu tak pernah benar-benar ada
Selalu membawa sekotak besar rahasia, mempermainkanku.
Walau tutur katamu sesungguhnya memesonaku
Tatap matamu, rupamu, menenangkanku-membawaku seakan pulang
Tapi, ya.... lagi-lagi, kamu dan rahasiamu.
Juga jarak yang dibuatnya disela-sela tawa kita.
Angin, aku pikir mungkin kamu angin.
Aku jadi daun saja, pasrah terombang-ambing angin.
Ketika angin pergi?
Daun yang bertahan bisa diam lagi, ia tidak jatuh.
Ya, aku kuat seperti itu.
Keutamaan, namamu.
Memangnya siapa aku yang memasang-masangkan aku dan kamu? -Z
Kamu... Siapa? Aku tidak tahu.
Setelah tahu, aku tidak pernah yakin tahu.
Bahkan disetiap kata, kamu tak pernah benar-benar ada
Selalu membawa sekotak besar rahasia, mempermainkanku.
Walau tutur katamu sesungguhnya memesonaku
Tatap matamu, rupamu, menenangkanku-membawaku seakan pulang
Tapi, ya.... lagi-lagi, kamu dan rahasiamu.
Juga jarak yang dibuatnya disela-sela tawa kita.
Angin, aku pikir mungkin kamu angin.
Aku jadi daun saja, pasrah terombang-ambing angin.
Ketika angin pergi?
Daun yang bertahan bisa diam lagi, ia tidak jatuh.
Ya, aku kuat seperti itu.
Keutamaan, namamu.
Memangnya siapa aku yang memasang-masangkan aku dan kamu? -Z
Komentar
Posting Komentar