Akhirnya setelah berbulan-bulan terbang di tanah orang. Siang itu aku berdiri di tanah nostalgia. Tempat dimana pernah dihinggapi banyak rasa. Hawa hangatnya menyapaku. Sisa-sisa manisnya cerita masih dapat kukecap. Kususuri setiap sudut tempat ini dengan ujung mata, sudah banyak perubahan, tapi tak jua hilangkan memorinya.
Langkah kaki lamanya terasa lebih berat, otak terus memutar potongan film masa lalu. Langit masih gelap, matahari tak juga berhasrat menyinari bumi. Ditemani lembut rintik hujan aku melihatmu dari jauh. Sosok yang kukagumi, dulu. Wajah yang kurindukan.
Tidak ada yang berubah. Tidak, tentunya ada. Kamu lebih kurus sekarang. Matamu bertambah cekung, seakan memendam lelah yang sudah lama bertumpuk. Apa segitu beratnya pekerjaanmu?
Langkah kakimu semakin mantap, berjalan ke arahku. Bukan, kita memang berjalan dari arah yang berlawanan. Kamu tersenyum, tertawa menyapaku. "Hai", katamu. Tawamu masih sama. Tawa yang pernah mengganggu pikiranku, dulu. Aku tersenyum memanggil namamu. Seramah mungkin. Seakan semua kenangan buruk tentangmu memang tak pernah terjadi. Kamu semakin dekat, menghampiriku. Tawamu semakin terdengar renyah di telingaku. Tanganmu bergerak ke arahku, mungkin hendak menyentuh kepalaku, mengacak-acak rambutku, seperti dulu. Aku menahannya, ini takkan pernah sama lagi, batinku. Kami tertawa dan sempat bercanda singkat. Lalu kamu berjalan lagi, menjauhiku.
Entah mengapa aku sempat beberapa kali menatapmu dalam forum itu.
Salah seorang dari geng penggemar beratmu menyapaku. Menamparku dengan pertanyaan candanya saat aku ikut tertawa saat dia menggodamu. "kamu juga suka kan sama dia?", perempuan itu bilang. Aku tertegun sejenak, berpikir jangan-jangan ini sudah tersebar dengan rapi sejak dulu. Tapi cuma kamu yang tahu akan rasa itu. Luka itu meradang lagi. Memori pahit itu seakan terulang lagi. Aku tersenyum menatapnya, "Tentu tidak.", jawabku.
Komentar
Posting Komentar