Pernah ngerasain sakitnya jatuh dari langit? Langit angan-angan tinggi yang kamu buat sendiri di pikiranmu tanpa melihat kenyataan yang ada di bumi, pernah?
Pernah melayang-melayang sendiri akan suatu perhatian kecil dari seseorang? Perhatian kecil yang ternyata sebatas pertemanan biasa, pernah?
Jatuh ke lubang sampai ke poros bumi, pernah? Dan pada akhirnya kamu susah untuk bangkit, susah atau bahkan gak bisa, walaupun cuma untuk menyelamatkan sisa-sisa jiwamu yang hancur, pernah?
Pernah ngerasain bangkit dari keterpurukan? Keterpurukan yang kamu buat sendiri dan rasa sakit yang kamu rasain untuk seseorang yang gak peduli, bahkan hanya untuk mengulurkan tangannya untuk membantu dirimu berdiri, atau melirik juga tidak, pernah?
Pernah merasa enteng menjalani hidup tanpa cinta? Pernah?
Pernah mengalami masa dimana hatimu kosong? Tidak ada satu nama pun tertera disana. Atau mungkin sejenak menetralisir hati dari luka, pernah?
Pernah terkena sinar berkilauan dari mata seseorang? Seseorang yang hampir mengisi hatimu beberapa tahun sebelumnya, pernah?
Pernah merasa "nyaman" yang lain dari biasanya? Nyaman yang lebih dari sekedar hubungan pertemanan, yang pada nyatanya gak bisa dibilang sangat dekat atau dekat juga, pernah?
Pernah merasa bahagia ditengah pemulihan luka?
Pernah terlalu cepat memilih hati yang lain? Hati yang tak jua pernah kau kenali isinya, pernah?
Pernah jatuh pada lubang yang sama berkali-kali? Pernah?
Kalo kamu tanya saya, jawabannya pernah. Atau sangat pernah. Tentu saja lah, toh saya juga yang menulis semua pertanyaan di atas.
Saya tentunya pernah merasakan semuanya, melayang-layang di langit yang saya buat sendiri karna suatu hal kecil yang saya anggap perhatian lebih dari seorang teman.
Ya, pada akhirnya teman akan tetap menjadi teman. Seperti yang selama ini ia pikirkan. Sakit? Ya, tentu saja. Hati saya fragile, sama seperti para penyair katakan.
Tidak munafik tentunya saya sulit untuk bangkit. Bangkit dari rasa sakit yang saya buat sendiri. Mungkin kalian sedikit bingung, mengapa sakit itu saya buat sendiri. Saya juga. Tapi satu hal yang saya tau, segala rasa yang kita rasakan itu, kita yang mengaturnya sendiri. Maka, hanya kita juga yang dapat menghilangkannya.
Saya juga pernah merasakan 'nyaman' itu. Lebih tepatnya, sedang saya rasakan saat ini. Nyaman yang.....hmm... Lebih. Saya mencoba menata hati, membuka perlahan untuk orang ini. Orang yang selama ini saya sebut teman.
Hampir saja saya akan terbang ke langit akan tatapan matanya, namun saya harus terjatuh lagi ke lubang yang sama. Menatapnya dari dalam sini, di lubangnya sendiri. Lubang masa lalu yang tak juga ia tinggalkan dari pertama saya mengenalnya, beberapa tahun lalu.
Seandainya saya bisa mengulurkan tangan untuk membantunya keluar. Atau sekedar menghiburnya dari atas sana. Tapi, apadaya.. Dia terlalu sulit untuk didekati, bahkan hanya untuk sejenak meninggalkan kenangannya itu.
Jadi, saya disini hanya bisa diam. Statis. Menunggunya menoleh dari ratapan kisah kasihnya yang terdahulu.
Komentar
Posting Komentar