Bangkit dari Patah Hati
Sudah seminggu berlalu dari hari itu, tapi aku masih disini. Menunggumu datang kembali dari balik senja sore ini. Menghampiriku dengan segala rasamu yang dulu. Angin semilir menghempas wajahku, mengeringkan airmata yang sempat membasahi pipi. Kutatap langit oranye bercampur merah muda dan biru. Indah. Tidak. Keagungan kombinasi warna langit senja tak lagi sanggup membuatku tersenyum. Seperti dulu.
Randy. Kekasihku. Atau lebih tepatnya mantan kekasihku yang merupakan akar dari semua permasalahku. Dia yang dulu memperkenalkanku akan keindahan senja. Dia juga yang merusaknya. Randy pergi, menghapus memori, merubuhkan cinta yang kami bangun selama 4 tahun terakhir, bersama wanita itu, Nadia, sahabatku. Walau tak percaya, aku tetap harus merelakan mereka. Benar kan'? Tapi, bagaimanapun rasa sakit ini terlanjur ada. Luka ini telah membesar, memborok, dan bernanah. Aku tahu benar, tak seharusnya ini berlangsung berlarut-larut. Aku harus mulai melupakannya dan melanjutkan hidupku. Tapi tentu saja, tak semudah itu, bukan?
Langit mulai menutupi cahayanya. Meredup. Dan bulan pun bersiap menjalankan tugasnya. Aku terbangun dari lamunanku. Sia-sia. Aku harus pergi dari situasi ini. Aku tidak mau menjadi wanita yang mengais-ngais di tempat sampah seumur hidupnya. 'Ini harus segera diakhiri!', gumamku dalam hati.
Komentar
Posting Komentar