Langsung ke konten utama

Terakhir deh ini (ruwet banget isi kepala w)

Ternyata cerita kita ini sampai pada akhirnya juga ya. 
Walaupun bukan akhir seperti yang kita rencanakan di awal, tapi semoga sudah sesuai dengan yang kamu inginkan. 
Sesuai kata-kata pisahmu waktu itu, yang tidak memberi aku pilihan jawaban, buat aku harus mengiyakan. 
Sampai hari ini aku masih bertanya-tanya, ini salah siapa ya? Semua ini bisa saja memang benar salahmu, atau salahku? Atau salah kita?

Iya, salahmu.
Kamu yang bilang sendiri, ingin semua ini jadi serius. 
Aku bilang, kita coba dulu pacaran, kenal juga baru kan? 
Kamu yang bilang sendiri, oh sudah siap, sudah yakin sekali pokoknya dengan alasan ini itu.
Kamu tahu kan, aku si hobi banyak mikir ini tidak semudah itu bisa percaya. 
Tapi, kamu mulai cerita tentang hidupmu yang katamu ini belum banyak yang tahu. 
Kamu yang bilang sendiri, kalau aku bisa terima itu semua, kita bisa lanjutkan cerita. 
Kamu tahu kan aku bisa terima?
Jujur saja sejak itu aku pikir, oh mungkin kali ini benar serius.
Sekarang kamu bilang, rencana hidup kamu berubah arah. 
Aku tebak, pasti sudah tidak ada aku disana. 
Masih banyak hal-hal yang mau dicapai, masih lama banget waktunya katamu. 
Kamu bilang, jangan menunggu. 
Mengapa kamu tidak tanya aku mau tunggu atau tidak?
Kamu bilang, kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti laki-laki lain. Hm, siapa ya? 
Coba tanya sahabatmu yang sama-sama kita kenal itu, semua cerita tentang kamu yang aku selalu bilang. Kamu terlalu baik, aku yang jadi setannya disini
Kalau kamu belum tahu, memang belum pernah ada yang sebaik kamu. Waktu itu.

Ya, bisa juga ini salahku.
Aku yang banyak paksa kamu ini itu.
Sampai saat kita memutuskan bersama juga itu sepertinya karena aku yang paksa ya?
Aku saja belum yakin tentang kamu. Jangan-jangan sebetulnya kamu juga belum mau. Apa kamu merasa terjebak situasi?
Iya memang, aku sendiri yang menggantung ekspektasi tinggi-tinggi.
Hanya karena satu katamu yang mau ini semua jadi lebih serius.
Padahal kamu saja tidak pernah benar-benar menemui orang tuaku. Bodoh ya?
Oh iya, aku selalu senang dengan semua yang kamu lakukan.
Semua pesan singkat di telepon genggam,
Semua panggilan telepon, yang kadang lebih banyak diamnya,
Semua film-film yang kita tonton, yang juga banyak tidak kumengerti,
Semua makanan yang kita coba di sepanjang jalan kos-kosan,
Juga udara malam yang kita bagi disela-sela candamu yang garing itu.
Aku bahkan suka semua cerita tentang kantormu, tentang teman-teman kelompokmu di kelas yang banyak menyita waktumu itu, juga tentang cicak-cicak yang kamu ceritakan saat kencan pertama kita.
Kamu tahu? Aku pernah catat semua tentang kamu. Kesukaan dan ketidaksukaaanmu.
Tersimpan rapi di dalam telepon genggamku (sekarang tentu sudah kuhapus).
Waktu itu, aku benar-benar mau berusaha mengenalmu, mengingat semua detail tentang kamu. Menerima kamu.
Tapi, sekarang aku jadi sangsi. Kamu pura-pura yang selama ini?

Sudah pasti, ini semua salah kita.
Kita yang tenggelam pada rasa terlalu senang, sampai lupa pikir panjang.
Perasaan memiliki seseorang yang disayang dan menyayangi kita memang bisa buat jadi gila,
Palsu dan akhirnya menutupi logika yang seharusnya kita taruh di paling depan.
Komunikasi kita yang semakin lama semakin ke arah negatif.
Aku yang selalu bertanya ini-itu, selalu mengeluarkan semua yang ada di otakku.
Berhadapan dengan kamu yang sulit berbagi dan biasa berdiri sendiri.
Aku yang selalu melempar isu, yang kemudian ditanggapimu biasa-biasa saja.
Katamu, kita baik-baik saja, cuma aku saja yang banyak pikiran. 
Kenapa kamu tidak pernah bilang yang sebenarnya?
Sangat disayangkan, dua manusia dewasa yang katanya mampu bicara ini malah lebih banyak diam.
Atau memang dari awal komunikasi kita memang sangat tidak bagus ya.
Aku yakin, kamu juga merasakan ada beberapa hal dasar yang sepertinya kita kurang sama.
Ada beberapa yang masih bisa aku terima, banyak juga yang masih aku pikirikan. Menurut kamu bagaimana? Pasti banyak yang kamu tidak terima, karena kamu yang menyelesaikan ini semua.
Kok bisa ya, kita bisa saling menahannya beberapa bulan ini?
Kenapa semuanya lagi-lagi terkesan dipaksakan?
Tapi..
Seharusnya, kita bisa bicara. Jadi, tidak harus ada yang tersakiti.
Seharusnya, kita bisa bicara. Jadi, tidak harus ada yang termaki.

Maaf,
Aku pernah masuk ke dalam dan bahkan mengganggu keseimbangan hidup kamu.
Semoga kita bisa memaafkan diri masing-masing ya, karena itu yang paling penting.

(terakhir ditulis 16 Mei 2022 masih kurang stabil, sekarang lanjut ditulis 6 September 2022 sambil dengerin Tetap Satu - Okaay dengan lebih bahagia, hopefully)

... So, aku agak menyesal tidak pernah minta maaf dengan benar.

Maaf ya, 
Bahkan setelah semua cerita kita selesai, pikiranku tentang kamu masih banyak negatifnya.
Padahal mungkin kamu hanya sedang berjuang menjalani hidup kamu.
Maaf kalau aku masih suka sesekali mengintip hidup kamu.
Mencari tahu apakah kamu bahagia? Apakah kamu pernah sedikit saja ingat aku lagi? 
Hahaha lucu ya. I hope you're okay, be happy with your life. I really mean it.

Terima kasih,
Aku jadi tahu banyak makanan enak di sekitar sini. The Pho, in our very first date. Soto bening yang tempatnya jauh itu. Toko kue yang agak terpencil, yang kalau sekarang aku harus kesana lagi sendiri sudah pasti tidak tahu dimana. Sampai bakso di belokan yang dekat banget itu. Aku tidak tahu, apa bisa kesana lagi tanpa ingat kamu.
Aku juga jadi nonton film-film terupdate. Kamu tahu, aku jadi tonton lanjutan anime yang ternyata ada di netflix itu. Walaupun sebenarnya saat itu tidak ngerti-ngerti amat.
Aku jadi merasa bisa bergaul dengan orang-orang baru.
Lebih penting, pikiranku jadi terbuka. Walaupun kamu bilang hidupku tidak struggle-struggle amat, aku bisa terima dan peduli bahwa tidak semua orang bisa hidup dengan baik. 

Mungkin cerita kita memang singkat, tapi ternyata kalau dipikir lagi banyak positifnya kok. Banyak yang bisa aku pelajari dari ini, dari kamu, dari kita. Semoga kamu juga begitu.

Thank you for the butterflies in my stomach, the heart beat every time I see you. Still like I said to you, I really was happy having you around.

Kalau dari tweet si Fiersa Besari mah, 
Sayup terdengar lagu "Hati-hati di Jalan" mengiringi mereka saling menatap untuk terakhir kalinya
Sial, kenapa bisa pas banget yah hahahahahhaha

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RASA by Nuril Basri (Nyoba Review)

  Aku merasa seperti seorang gadis tua. Seorang gadis berumur 29 tahun yang tidak mengerti apa pun tentang dirinya yang tidak tahu apa yang diinginkannya dalam hidup ini. Aku sebuah bola besar yang menggelinding kebingungan. * Buku ini aku dapat dari giveaway  yang penulisnya buat di twitter tahun 2019. Jujur (dan sorry) aku sebenarnya tidak pernah tahu Nuril Basri. Memang pengetahuanku akan penulis juga kurang, karena buatku membaca seringnya hanya tentang cerita dan isinya. Jadi, seharusnya sih review ini terlihat cukup jujur. Pada cover buku ini tercantum kutipan menarik dari British Council " One of five Indonesian authors to read now " yang agak meningkatkan ekspektasiku. Ditambah lagi, tercantum juga bahwa beberapa karya dari penulis ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Malaysia dan Inggris, membuatku tambah penasaran. Di tahun 2019, setelah membaca halaman-halaman awal, aku merasa kurang motivasi untuk melanjutkan. Aku merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal, tap...

Haunted

Maybe you don’t know, The feeling of rejection, The broken thoughts, The lack ability to defend yourself… will haunt you… Before the important meeting you have to attend or along with the documents you evaluate. Yes, need to take a deep breath to focus on. In the middle of your pilates class. So, you have to take a deeper breath or you’ll be black out. Between your favorite TS’s bridge songs you listen everyday. A deep breath again, cause it should cheer you up. In every steps you take from work to a place you called home. Another deep breath to keep your balance, so you don’t fall in crowd. Even after a main scene of horror movie you try to watch. Pause - a deep breath - play. In all activities you did to distract, they’re always there. They haunted you. They haunted me.