Langsung ke konten utama

Menunggu


Seminggu ini aku sibuk ingin menghubungi kamu.
Merasa bersalah atas batalnya janji menemanimu di hari Sabtu lalu.
Dari hari Senin sampai Rabu aku bertahan tidak mengirim pesan teks itu kepadamu.
Padahal hanya ingin bertanya apakah Sabtu ini kamu masih mau.
Akhirnya, hari Kamis aku kirim pesan itu.
Satu detik belum dibaca, aku menunggu.
Satu menit belum dibaca, aku menunggu.
Satu jam belum dibaca, aku menunggu.
Esoknya belum dibalas, aku bingung bagaimana lagi cara untuk setia menunggu.
Mau balas bagaimana? lupa kalau dibaca saja belum olehmu.
Aku mau berhenti menunggu.
Hampir menghapus kembali pesan itu.
Peduli amat dengan tanggapanmu. Malu!
Tengah malam di hari Jum'at, kamu balas belum tahu.
Aku bilang, tolong kabari aku di hari sabtu.
Tidak ada lagi balasan darimu.
Hari Sabtu,
Aku sengaja bangun pagi-pagi untuk sapu-sapu.
Tapi belum ada juga kabar darimu.
Aku masih harus sabar menunggu.
Menunggu.
Menunggu.
Tengah hari baru muncul kabarmu.
Kamu bilang tidak jadi pergi dengan alasan-alasan tertentu.
Lalu aku tidur lagi untuk menghabiskan waktu.

Masih aku belum tahu, makna dari waktu-waktu yang dihabiskan untuk menunggu hal-hal seperti itu.


gk-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RASA by Nuril Basri (Nyoba Review)

  Aku merasa seperti seorang gadis tua. Seorang gadis berumur 29 tahun yang tidak mengerti apa pun tentang dirinya yang tidak tahu apa yang diinginkannya dalam hidup ini. Aku sebuah bola besar yang menggelinding kebingungan. * Buku ini aku dapat dari giveaway  yang penulisnya buat di twitter tahun 2019. Jujur (dan sorry) aku sebenarnya tidak pernah tahu Nuril Basri. Memang pengetahuanku akan penulis juga kurang, karena buatku membaca seringnya hanya tentang cerita dan isinya. Jadi, seharusnya sih review ini terlihat cukup jujur. Pada cover buku ini tercantum kutipan menarik dari British Council " One of five Indonesian authors to read now " yang agak meningkatkan ekspektasiku. Ditambah lagi, tercantum juga bahwa beberapa karya dari penulis ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Malaysia dan Inggris, membuatku tambah penasaran. Di tahun 2019, setelah membaca halaman-halaman awal, aku merasa kurang motivasi untuk melanjutkan. Aku merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal, tap...

Terakhir deh ini (ruwet banget isi kepala w)

Ternyata cerita kita ini sampai pada akhirnya juga ya.  Walaupun bukan akhir seperti yang kita rencanakan di awal, tapi semoga sudah sesuai dengan yang kamu inginkan.  Sesuai kata-kata pisahmu waktu itu, yang tidak memberi aku pilihan jawaban, buat aku harus mengiyakan.  Sampai hari ini aku masih bertanya-tanya, ini salah siapa ya? Semua ini bisa saja memang benar salahmu, atau salahku? Atau salah kita? Iya, salahmu. Kamu yang bilang sendiri, ingin semua ini jadi serius.  Aku bilang, kita coba dulu pacaran, kenal juga baru kan?  Kamu yang bilang sendiri, oh sudah siap, sudah yakin sekali pokoknya dengan alasan ini itu. Kamu tahu kan, aku si hobi banyak mikir ini tidak semudah itu bisa percaya.  Tapi, kamu mulai cerita tentang hidupmu yang katamu ini belum banyak yang tahu.  Kamu yang bilang sendiri, kalau aku bisa terima itu semua, kita bisa lanjutkan cerita.  Kamu tahu kan aku bisa terima? Jujur saja sejak itu aku pikir, oh mungkin kali ini bena...

Haunted

Maybe you don’t know, The feeling of rejection, The broken thoughts, The lack ability to defend yourself… will haunt you… Before the important meeting you have to attend or along with the documents you evaluate. Yes, need to take a deep breath to focus on. In the middle of your pilates class. So, you have to take a deeper breath or you’ll be black out. Between your favorite TS’s bridge songs you listen everyday. A deep breath again, cause it should cheer you up. In every steps you take from work to a place you called home. Another deep breath to keep your balance, so you don’t fall in crowd. Even after a main scene of horror movie you try to watch. Pause - a deep breath - play. In all activities you did to distract, they’re always there. They haunted you. They haunted me.