Seminggu ini aku sibuk ingin menghubungi kamu.
Merasa bersalah atas batalnya janji menemanimu di hari Sabtu lalu.
Dari hari Senin sampai Rabu aku bertahan tidak mengirim pesan teks itu kepadamu.
Padahal hanya ingin bertanya apakah Sabtu ini kamu masih mau.
Akhirnya, hari Kamis aku kirim pesan itu.
Satu detik belum dibaca, aku menunggu.
Satu menit belum dibaca, aku menunggu.
Satu jam belum dibaca, aku menunggu.
Esoknya belum dibalas, aku bingung bagaimana lagi cara untuk setia menunggu.
Mau balas bagaimana? lupa kalau dibaca saja belum olehmu.
Aku mau berhenti menunggu.
Hampir menghapus kembali pesan itu.
Peduli amat dengan tanggapanmu. Malu!
Tengah malam di hari Jum'at, kamu balas belum tahu.
Aku bilang, tolong kabari aku di hari sabtu.
Tidak ada lagi balasan darimu.
Hari Sabtu,
Aku sengaja bangun pagi-pagi untuk sapu-sapu.
Tapi belum ada juga kabar darimu.
Aku masih harus sabar menunggu.
Menunggu.
Menunggu.
Tengah hari baru muncul kabarmu.
Kamu bilang tidak jadi pergi dengan alasan-alasan tertentu.
Lalu aku tidur lagi untuk menghabiskan waktu.
Masih aku belum tahu, makna dari waktu-waktu yang dihabiskan untuk menunggu hal-hal seperti itu.
gk-
Komentar
Posting Komentar