Sekitar bulan November 2017, saya ikutan lomba cipta puisi yang diadakan oleh Tidar Media, sebuah publisher dari Magelang. Iya, jauh banget ya dari Magelang, sedangkan saya tinggal di Tangerang.
Awalnya, saya yang waktu itu pengangguran tanpa tujuan hidup, searching di internet tentang lomba-lomba menulis gitu. Ya, ceritanya sih supaya ada kerjaan gitu, hehe. Kemudian, saya simpan beberapa lomba dan tanggal deadline-nya. Rencananya sih mau dibuat dari jauh-jauh hari, nyatanya dibuat sangat mepet deadline.
Setelah seharian mikirin apa yang mau ditulis, saya tulis deh beberapa bait. Kemudian, saya memutuskan untuk meminta pendapat beberapa teman dekat saya, yang dulu masih di Jepang dan Thailand. (Maaf ya kalo mengganggu). Teman-teman saya memberi sedikit masukan, dan jadilah puisi ini di penghujung malam menuju pagi. Dulu, saya masih suka bergadang.
Besok siangnya, saya kirimkan melalui email ke penyelenggara bersama beberapa persyaratan lainnya. Lomba ini gratis, makanya saya ikutan, hehe. Saya sudah beberapa kali ikut lomba menulis seperti ini sejak sekolah menengah. Mulai dari puisi, cerpen, blog, dan lainnya. Namun, memang belum beruntung untuk menang.
Pengumuman yang saya tunggu-tunggu sejak Desember 2017, seperti yang tertera pada artikel lomba, tidak kunjung tiba. Ada satu dan lain hal yang membuat molornya pengumuman ini. Penyelenggara bilang mereka cukup kewalahan karena puisinya yang dikirimkan sangat banyak (yang ku tahu akhirnya sekitar 600an), sedangkan yang dipilih hanya 69 puisi terbaik. Saya maklum, juga tidak banyak berharap karena pasti banyak puisi lain yang bagus.
Akhirnya, sekitar bulan Januari/Februari pengumuman itu tiba di dinding sosial media penyelenggara. Betapa kagetnya saya, ketika nama dan puisi saya tertera disana, menjadi salah sati dari 69 puisi terbaik. Meskipun tidak menjadi 10 terbaik, atau 3 terbaik yang membawa pulang hadiah tertentu, saya merasa sangat senang sekali. Saya menjadi sangat norak, karena ini memang kali pertama karya saya bisa termasuk kedalam salah satu yang dibukukan.
Dengan tidak sabarnya saya menunggu buku itu datang. Lagi-lagi ada masalah kemoloran waktu akibat percetakan yang terlambat. Saya beri apresiasi tinggi kepada Tidar Media yang pada akhirnya juga membukukan beberapa puisi peserta ainnya, walau bukan termasuk ke dalam 69 karya itu.
Kalau liat buku itu, saya masih suka senyam-senyum sendiri. Walaupun orang tua saya bingung, sejak kapan anaknya suka bikin puisi. Bakat dari mana?
Dan saya pun dicurigai punya pacar selama kuliah, karena saya menulis tentang Bogor dan hujan. Padahal mah.... yasudah lah, yang penting senang!
Selamat membaca!
See you!
(Sengaja pake "saya" biar puitis.)
*** Tangerang, saat hidung mampet.
Komentar
Posting Komentar